Cinta mempunyai banyak arti. Bagi sebagian orang cinta adalah sumber inspirasi, sumber imajinasi, bahkan sumber energi untuk mencapai mimpi.
Dengan cinta hidup terasa nikmat. Dengan cinta hidup punya semangat. Cinta akan membuat kita bahagia. Cinta harus selalu ada dan tumbuh dalam menjalani kehidupan. Mbah Surip meski usiannya sudah kepala enam, tapi masih terus bersemangat dalam menghasilkan karyanya. Kita tidak akan ragu mengatakan bahwa dia menikmati dunianya, dia bekerja dengan cinta.
Kalo ke Bandung, keluar pintu tol Pasteur mau masuk ke Bandara Husein, setiap pagi depan Pos Penjagaan, kita bisa melihat seorang pensiunan yang selalu mengatur kendaraan yang keluar masuk melewati Markas Angkatan Udara, Bahkan setelah penjaga pintu sudah masuk pos penjagaannya . Karena kecintaannya terhadap tempat asal ia bekerja, dia tak mengharap/ menerima tips dari setiap kendaraan yang keluar masuk tersebut.
Atau supporter sepakbola (Bobotoh Persib) yang beramai-ramai akan mengumpulkan uang sumbangannya ketika tim kesayangannya tidak mampu ikut kompetisi karena kekurangan biaya.
Cinta memang bisa datang dari mana saja, tidak mengenal latar belakang, pendidikan, usia. Cinta datang dari rasa dan hati. Jadi yang paling memahami cinta adalah orang yang menjalani. Kalau mereka punya cinta seperti itu, bagaimana dengan kita ? Seberapa besar kita mencintai pekerjaan, profesi, atau usaha yang kita geluti ? Apakah kita hanya mencitai terhadap gajinya saja, untungnya saja, atau hanya sebagai antara sampai kita menemukan pekerjaan yang betul-betul cocok dengan hobi ?
Tidak perlu diadakan riset untuk hal itu. Kita cukup melihat bagaimana cara kita dalam melakukan pekerjaan kita sehari-hari.
Kalau seorang dokter ketika menerima pasien yang tak mampu (miskin) kurang begitu responsif, bahkan membeberkan dulu biaya yang harus dikeluarkan sebelum menangani pasien tersebut, berarti dia kurang mencintai profesinya.
Kalau Pegawai Negeri Sipil dengan seragamnya berkeliaran di Mall pada waktu jam kerja, berarti dia tidak mencintai pekerjaannya.
Kalau seorang pedagang ketika ada pelanggan yang menanyakan harga barang dagangannya pada waktu sedang ramai pengunjung ke tokonya tapi dia menjawab dengan ketus tanpa menoleh pelanggan tersebut, berarti dia tidak menikmati dan mencintai usahanya.
Dari sini kita bisa menilai sejauhmana kita mencintai pekerjaan tersebut.
Sebenarnya cinta itu bisa ditumbuhkan asalkan kita mampu menjalankan pekerjaan itu dengan hati yang ikhlas. Terbiasa dengan ikhlas akan menumbuhkan cinta. Ikhlas dalam menerima pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan, ikhlas dalam melayani konsumen, ikhlas dalam menolong , ikhlas dalam menjalankan usaha.
Setiap pekerjaan yang didasarkan dengan keikhlasan adalah cermin dari pekerjaan yang dijalankan dengan cinta. Ketika cinta sudah melekat, maka akan ada kebahagian. Seberat apapun pekerjaan akan terasa ringan apabila dilandasi dengan cinta. Secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pekerjaan, selalu berusaha melakukan yang terbaik dan insya Allah kemampuan berkarya dan berprestasi akan melejit, potensi diri akan berkembang. Disadari atau tidak, kita akan takjub melihat kemampuan yang berlipat ganda dari upaya mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini. Tentu saja hal ini akan membuat hidup kita jauh lebih mudah dan indah.
Ya ….. , cinta memang anugrah! Tapi cinta juga dapat diunggah ????
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar