Minggu, 29 November 2009

DIMENSI IKHLAS

Yang Bapak Ajukan …sekian, setelah dipotong biaya administrasi…sekian. Jadi kewajiban Bapak perbulan sekian… selama 24 bulan, Uangnya nanti bisa Bapak ambil di bagian teller…
Sudah mengerti semuanya pak ? Baiklah kalau sudah mengerti. Emmh…untuk masalah rasa terima kasih kepada pihak kami tidak ditentukan berapa…, “yang penting ikhlas”. Itulah kalimat penutup dari seorang pimpinan bank ketika saya mengajukan kredit pada salah satu Bank Pemerintah di Kota Kecamatan.

Ada yang menarik dari petikan kalimat diatas, sepintas mungkin merupakan hal yang lumrah terjadi pada Birokrasi negeri ini yang sudah terbiasa dengan budaya ‘meminta upah terhadap orang-orang yang memerlukan jasanya’ meskipun sudah mendapat gaji untuk pekerjaannya.

Ada satu penekanan terhadap kata ikhlas diatas. Di satu sisi mengingatkan pada nasabah bahwa ada biaya lain selain biaya administrasi yang (harus) dibayar oleh nasabah karena jasa yang diberikan atau lebih khusus lagi karena pelayanan yang (merasa) ramah dari para pegawai mulai survey, pemeriksaan berkas, sampai tanda tangan pimpinan.
Sementara di sisi lain, nasabah didorong untuk lillah (karena Alloh) sebab diluar aturan yang resmi. Pimpinan tersebut terkesan tidak mau ada sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan di kemudian hari baik secara sosial, hukum, maupun secara spiritual (agama).
Bahkan ikhlas direkayasa dan digiring supaya ada kesan bahwa orang-orang yang terlibat adalah orang-orang yang shaleh. Dan mereka ingin memperlihatkan bahwa mereka juga orang-orang yang mengerti agama, hanya saja ada kekuatan lain yang mendorongnya melakukan hal itu seperti harus menyetor upeti kepada yang telah mengangkatnya sebagai pimpinan, atau dorongan dari istri yang mempunyai gaya hidup konsumerisme.

Banyak contoh dalam perekayasaan ikhlas, seperti halnya ketika saya melegalisir Akte Kelahiran pada salah satu Instansi Pemerintah untuk suatu keperluan.
Dalam antrian…, di depan saya ada seorang Ibu dengan maksud yang sama melegalisir.
Saat Ibu itu menerima Akte yang sudah dilegalisir, dia sepertinya bertanya kepada pegawai yang memberikannya. Dan Ibu itupun mengeluarkan uang Rp. 5000, kemudian diberikan kepada pegawai (sebagai Pelayan Masyarakat) itu sambil mengucapkan terima kasih. Sayangnya sikap pegawai (Abdi Masyarakat) tersebut kurang baik, tidak menjawab, menganggukpun tidak, bahkan raut wajahnya kelihatan kecut atau judes.
Tiba giliran. Saya bertanya pada pegawai tersebut seperti Ibu yang di depan saya tadi.
“Berapa Bu, saya harus membayar ?”
“Gratis Pak, kalau untuk kami seikhlasnya”.
Saya pun memberikan uang Rp. 20.000,-
Pegawai tersebut mengangguk sambil tersenyum. Dia lebih dulu mengucapkan terima kasih pada saya. Sikap yang asalnya kecut pun berubah menjadi sopan.
Sambil pulang saya pun berpikir ternyata kata seikhlasnya untuk pegawai (Abdi Negara) tersebut hanya perekayasaan kesan, atau mungkin juga ikhlas itu selisih dari nilai uang.
Sebetulnya masih banyak contoh lain tidak hanya pada birokrasi pemerintahan tapi sudah membudaya dan menjalar pada semua segi kehidupan.

Ikhlas pada dasarnya niat yang tulus. Sebagian orang sering menafsirkan ikhlas secara salah. Ikhlas yang terdiri dari sikap syukur, sabar, niat yang bersih justru dianggap sebagai sikap yang lemah, sehingga dijadikan sebagai objek dalam mencari keuntungan (dijadikan usaha).
Segala amal perbuatan tergantung niatnya. Dalam kehidupan sehari-hari , niat dapat membedakan amal saleh dan amal salah.

Ikhlas adalah sikap yang hanya mengharapkan keridhoan Allah semata, tidak menyekutukan dengan sesuatupun. Syarat utama diterimanya suatu amal adalah ikhlas . Allah memerintahkan kepada manusia untuk beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan, sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Zumar (39):11-12, yang artinya :
Katakanlah, “ sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan mengakhlaskan ibadah kepada-Nya dan aku diperintah agar menjadi orang pertama orang-orang islam”.

Sabtu, 03 Oktober 2009

DAYA KEMAUAN

Ada yang membuat saya tersenyum ketika ingat pengalaman masa lalu saat berpacaran, waktu itu saya bekerja pada suatu proyek terowongan di daerah pegunungan sebagai pengawas. Jarak dari proyek ke jalan raya saja sekitar 15 Km naik ojek lewat pesawahan dan jalan kampung dari bebatuan dan tanah, kemudian naik Bus Antar Kota Antar Propinsi dengan menempuh jarak kl. 55 Km untuk menemui sang Pacar.
Anehnya, meskipun waktu sudah siang hari, jaraknya jauh dan banyak hambatan yang dilalui, setiap akhir pekan selalu berusaha untuk berkunjung ke rumah sang pacar walaupun hanya menyisakan waktu setengah jam dalam kunjungan, bahkan tidak terasa lelah meskipun harus bolak-balik perjalanan. Bahkan dalam satu pekan dua kali berkunjung pun tidak masalah.

Ini menunjukan bahwa ada “energi” yang luar biasa pada diri manusia ketika bathinnya tersentuh oleh suatu kondisi yang mampu menggugah “daya kemauan”. Daya kemauan yang dapat memberikan semangat untuk mencapainya.

Seorang kuli bangunan bercerita ketika mendapat khabar istrinya melahirkan . Tanpa uang sepeserpun karena kecopetan di Terminal pada waktu akan pulang, Dia sanggup berjalan kaki dari Jakarta ke Bandung tanpa istrirahat hanya berbekal sebotol air mineral dalam tas.
Contoh ini juga menunjukan bahwa manusia mempunyai daya tahan tubuh yang luar biasa manakala keadaan memaksa serta didorong oleh daya kemauan. Kemauan yang keras akan menimbulkan tenaga yang berlipat.

Mengapa hal-hal yang luar biasa tersebut mampu dilakukan oleh manusia? Jawabnya adalah karena daya kemauan tersebut. Kita dapat memanfaatkan energi-energi ekstra tersebut setiap saat untuk hal-hal yang lebih positif. Kita bisa melatih dan berusaha dalam mendayagunakannya untuk melakukan perubahan dalam kehidupan.

Kadang-kadang terdapat usaha mempertahankan diri yang akan melawan kemauan karena ketidakmampuan atau karena kurangnya kecerdasan akademis (IQ), tetapi apabila terus mencoba, selalu yakin, dan berusaha berubah untuk mencapai tujuan tersebut, kita akan menemukan beberapa kemungkinan yang dapat mengubah ketidakmampuan dan juga mendapatkan hasil dari perubahan tersebut.
Bahkan menurut sebuah penelitian, IQ menyumbang paling banyak 20 % bagi kesuksesan hidup seseorang, sementara 80 % nya lagi ditentukan oleh kecerdasan emosi.

Memang tidak sedikit orang yang gagal dalam mencapai apa yang diinginkan. Masalahnya adalah karena tidak yakin akan diri sendiri, tidak yakin bahwa dirinya mampu melakukannya, kurang gigih dalam mencoba mendapatkannya. Mereka mungkin telah menetapkan tujuan namun hanya setengah hati dalam berusaha mencapainya, sehingga hasilnyapun akan setengah-setengah atau mungkin tidak menghasilkan sama sekali.
Sebaliknya, orang yang mempunyai tujuan yang jelas dan tetap berpegang teguh menjalaninya, ia sanggup melewati segala macam hambatan.

Kunci dari semua itu adalah apabila kita mempunyai kemauan yang kuat dan mengenali kekuatan dalam diri sendiri, kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan dan mampu mengalahkan segala rintangan yang menghalangi.
Amiiin…..

Minggu, 23 Agustus 2009

ENERGI CINTA

Cinta mempunyai banyak arti. Bagi sebagian orang cinta adalah sumber inspirasi, sumber imajinasi, bahkan sumber energi untuk mencapai mimpi.
Dengan cinta hidup terasa nikmat. Dengan cinta hidup punya semangat. Cinta akan membuat kita bahagia. Cinta harus selalu ada dan tumbuh dalam menjalani kehidupan. Mbah Surip meski usiannya sudah kepala enam, tapi masih terus bersemangat dalam menghasilkan karyanya. Kita tidak akan ragu mengatakan bahwa dia menikmati dunianya, dia bekerja dengan cinta.

Kalo ke Bandung, keluar pintu tol Pasteur mau masuk ke Bandara Husein, setiap pagi depan Pos Penjagaan, kita bisa melihat seorang pensiunan yang selalu mengatur kendaraan yang keluar masuk melewati Markas Angkatan Udara, Bahkan setelah penjaga pintu sudah masuk pos penjagaannya . Karena kecintaannya terhadap tempat asal ia bekerja, dia tak mengharap/ menerima tips dari setiap kendaraan yang keluar masuk tersebut.
Atau supporter sepakbola (Bobotoh Persib) yang beramai-ramai akan mengumpulkan uang sumbangannya ketika tim kesayangannya tidak mampu ikut kompetisi karena kekurangan biaya.

Cinta memang bisa datang dari mana saja, tidak mengenal latar belakang, pendidikan, usia. Cinta datang dari rasa dan hati. Jadi yang paling memahami cinta adalah orang yang menjalani. Kalau mereka punya cinta seperti itu, bagaimana dengan kita ? Seberapa besar kita mencintai pekerjaan, profesi, atau usaha yang kita geluti ? Apakah kita hanya mencitai terhadap gajinya saja, untungnya saja, atau hanya sebagai antara sampai kita menemukan pekerjaan yang betul-betul cocok dengan hobi ?

Tidak perlu diadakan riset untuk hal itu. Kita cukup melihat bagaimana cara kita dalam melakukan pekerjaan kita sehari-hari.

Kalau seorang dokter ketika menerima pasien yang tak mampu (miskin) kurang begitu responsif, bahkan membeberkan dulu biaya yang harus dikeluarkan sebelum menangani pasien tersebut, berarti dia kurang mencintai profesinya.
Kalau Pegawai Negeri Sipil dengan seragamnya berkeliaran di Mall pada waktu jam kerja, berarti dia tidak mencintai pekerjaannya.
Kalau seorang pedagang ketika ada pelanggan yang menanyakan harga barang dagangannya pada waktu sedang ramai pengunjung ke tokonya tapi dia menjawab dengan ketus tanpa menoleh pelanggan tersebut, berarti dia tidak menikmati dan mencintai usahanya.
Dari sini kita bisa menilai sejauhmana kita mencintai pekerjaan tersebut.

Sebenarnya cinta itu bisa ditumbuhkan asalkan kita mampu menjalankan pekerjaan itu dengan hati yang ikhlas. Terbiasa dengan ikhlas akan menumbuhkan cinta. Ikhlas dalam menerima pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan, ikhlas dalam melayani konsumen, ikhlas dalam menolong , ikhlas dalam menjalankan usaha.

Setiap pekerjaan yang didasarkan dengan keikhlasan adalah cermin dari pekerjaan yang dijalankan dengan cinta. Ketika cinta sudah melekat, maka akan ada kebahagian. Seberat apapun pekerjaan akan terasa ringan apabila dilandasi dengan cinta. Secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas pekerjaan, selalu berusaha melakukan yang terbaik dan insya Allah kemampuan berkarya dan berprestasi akan melejit, potensi diri akan berkembang. Disadari atau tidak, kita akan takjub melihat kemampuan yang berlipat ganda dari upaya mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini. Tentu saja hal ini akan membuat hidup kita jauh lebih mudah dan indah.

Ya ….. , cinta memang anugrah! Tapi cinta juga dapat diunggah ????

Minggu, 02 Agustus 2009

HARGA SUATU KARYA SENI

Mungkin ada diantara kita yang mengalami :
Bekerja 2 hari 2 malam + 1 hari merenung + seminggu konsultasi, untuk menghasilkan karya desain yang sesuai dengan keinginan klien. Tapi setelah selesai kita mendapat tawaran harga yang kejam, hanya pujian yang didapat dan kepuasan konsumen yang kita lihat. Itulah pengalaman saya ketika mendesain bangunan.

Dan itu juga kenyataan yang harus dihadapi. Tidak/belum semua orang menghargai desain atau seni dalam arti luas. Sementara di sisi lain tidak semua orang mampu mengapresiasikan desain (seni) sebagai ungkapan emosi dan sebagai buah dari perjalanan kreativitas. Hanya kalangan tertentu saya yang benar-benar memahami dan menghargainya dengan nilai layak... .

Mungkin para desainer atau pelaku bidang seni lainnya harus bersabar, karena keahlian di bidang ini penilaiannya masih relatif dan menggantung. Meskipun klien merasa terpuaskan tapi kalau masalah harga kadang penawarannya begitu kejam. Bahkan jauh dibawah pesaing yang pernah mengecewakan klien tersebut.

Yaaah..., untuk sementara ini yang harus dilakukan adalah ikhlas. Karena usaha yang dijalankan dengan ikhlas bukan perhitungan untung dan rugi melalui angka dan logika, tapi juga melibatkan hati. Tidak hanya keuntungan yang dicari tapi juga kepuasan, baik kepuasan diri maupun kepuasan konsumen.

Bukan...Bukan hal diatas yang saya maksud, karena "rezeki datangnya dari Allah". Tapi masalah penghargaan di bidang seni, yang lebih mengarah pada "selling art", artinya sudah terorientasikan sebagai profesi/pekerjaan. Yang dalam pengerjaannya memerlukan biaya; biaya untuk asisten, makan, transport, dll.

Harga suatu desain (seni) tidak ada patokan resminya. Pada dasarnya harga desain/seni pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya :
  • Tingkat kesulitan (model)
  • Ukuran (dlm bangunan lebih besar lebih murah harga permeternya)
  • Kuantitas
  • Daya yang dikerahkan (budget, time, transport, dll)
  • Keahlian (jam terbang), dan lain sebagainya.
Intinya untuk mengerjakannya ada biaya yang harus dikeluarkan. Sementara biaya yang dikeluarkan minimal harus sebanding dengan biaya yang diterima. Bukan atas nama hubungan, kenalan, kekeluargaan, promosi, dll.
Memang benar kita harus berbagi, betul juga kita harus memuaskan konsumen. Tapi usaha harus memikirkan alat dan penyusutannya, transport, waktu, dll.

Atau...., mungkinkah gaji asisten ditukar dengan yang namanya gotong-royong...?

Kamis, 26 Maret 2009

men-Desain (kreatif)

Bagaimana sih caranya mendesain kreatif ?. Pertanyaan yang keluar dari seorang anak (keponakan) kepada saya ketika mengomentari suatu gambar yang menarik. Pertanyaan yang mungkin saja tidak membutuhkan jawaban saya, karena saya sendiri bukan seorang ahli desain, bahkan desain yang kreatif itu seperti bagaimana, mungkin tidak tahu.
Tapi kadang setiap orang dapat menilai dan setuju kalau gambar yang bagus dan "enak dilihat" suka disebut gambar yang kreatif, walaupun penilaiannya beragam tergantung dari sudut mana orang itu menilainya.

Kembali ke pertanyaan diatas, saya mencoba menjawab hanya untuk memuaskan seorang anak yang harus selalu terjawab keingintahuannya.

"Langkah mendesain kreatif itu pertama-tama harus melamun ...!"
Kok melamun sich ? Nah... lho ....!!!

Saya mencoba menjelaskan makna "desain" sebagai kata benda digunakan untuk menyebut hasil akhir(objek) dari suatu proses kreatif. Sedangkan sebagai kata kerja "desain" memiliki arti suatu proses untuk membuat/menciptakan objek baru. Sementara "kreatif" sendiri saya mencoba menjelaskan sebagai suatu ide/pemikiran manusia untuk menciptakan hal-hal baru atau pem-baru-an/modifikasi dari objek yang telah ada sehingga menghasilkan objek baru.
Jadi "men-desain kreatif" diartikan sebagai suatu proses dari suatu ide/pemikiran untuk membuat/menciptakan objek baru atau pem-baru-an/modifikasi dari objek yang sudah ada sehingga menghasilkan objek baru.
panjang bangeeet...! Trus hubungannya dengan melamun ?

"Karena merupakan suatu proses pemikiran, makanya harus melamun untuk memikirkan prosesnya".
Melamun boleh saja asal jangan untuk mengosongkan pikiran, nanti bahaya ...!, tapi luangkan waktu untuk memikirkan suatu khayalan atau kerangka ide yang kemudian diaplikasikan menjadi suatu karya(gambar). Nah...., hasil gambar tersebut tergantung kemampuan setiap individu untuk menterjemahkan informasi, fungsi ataupun estetika dari tema desain yang dibuat. He-he-heh......, kepanjangan ........!

Udah aah!, pokoknya untuk mendesain kreatif itu caranya dengan melamun. Karena ketika kamu melamun pikiran jadi rileks (santai), kamu akan lebih fokus dan perhatian terhadap ide/gagasan yang muncul dalam pikiran. Melamun sambil ditemani secangkir kopi/susu akan lebih fokus dari pada bengong atau berfikir diatas meja belajar sambil dihadapkan dengan banyak buku/catatan kredit.

Hanya ada yang harus dipersiapkan sebelum melamun :

  • Tentukan tema desain yang akan kita fokuskan dalam pikiran.
  • Perbanyaklah informasi yang berhubungan dengan desain yang akan dibuat.
  • Cari bahan sebagai pembanding, dengan memperhatikan, meneliti, memahami hasil karya orang lain baik yang kamu anggap kreatif ataupun tidak. Cari pembanding lebih dari satu, soalnya kalau hanya satu, kamu akan terbawa arus oleh desain pembanding.
  • Siapkan alat tulis (kertas dan patlot, dll), supaya kalau desain telah tercipta bisa cepat-cepat dibuat.
  • Sebagai penunjang, jangan lupa sertakan segelas kopi/susu + rokok (bagi yang suka merokok) untuk menjaga kesegaran selama berpikir (jadi tidak buntu bro...)
Kemudian mulailah untuk rileks. Biarkan pikiran mengalir mengikuti setiap lekuk garis atau bidang dalam kerangka gambar yang masih dalam bayangan. Bahkan kita bisa mencoba menarik dan merubah garis-garis yang lain mengikuti kata hati. enjoooy sekali, he-he-he...!
Apabila telah menemukan desain secara utuh, coba aplikasikan dalam suatu rancangan gambar. Pelajari kembali gambar (desain) yang telah terbentuk, apakah sudah sesuai dengan fungsi maupun estetikanya, atau sudah patutkah ?. Karena suatu desain (gambar) melibatkan informasi yang diperoleh untuk diproses serta subjek yang diproses (tema) yang kemudian disesuaikan dengan fungsi dari subjek itu sendiri apakah etis atau tidak ?.
misalnya kalau mendesain suatu meja dengan berbentuk bola sepak, meskipun bagus dan ide baru tetap saja tidak berfungsi, bahkan mungkin tidak bisa disebut meja. Atau mendesain baju muslim, tidak mungkin gambar metal atau dengan model tanktop. He-he-heh...., kopi dulu aaah.!
Apabila masih ada yang kurang sreg dengan desain (gambar)yang telah dibuat, cobalah untuk membaginya dengan orang lain. Baik atau buruknya pendapat orang lain adalah informasi yang sangat diperlukan dalam menyempurnakan suatu desain (gambar). Kualitas desain tidak hanya diukur dari orisinalitas saja, tapi juga dari bagaimana desain yang dibuat dapat menterjemahkan subjek (tema) dan dapat dimengerti oleh orang lain (kecuali gambar abstrak). Dan juga tentunya tidak hanya bagus dan kreatif menurut diri sendiri.
Langkah terakhir yang juga penting adalah jangan takut untuk mencoba lagi mendesain (gambar) meskipun gambar yang telah dibuat dikritik orang (dinilai jelek).
Bisa karena terbiasa. Kreativitas dapat lahir karena kita terbiasa.
Bagaimana sekarang ?. Apakah sudah mau mencoba ....?
Atau ada yang mau menambahkan tip-tipsnya, silahkan tulis di kotak komentar.




Senin, 23 Februari 2009

Wekasan (Akhir...nya, semoga jangan sampai berakhir)

Kata orang, peluang selalu ada asal jangan putus asa, karena putus asa adalah dosa, ah... hanya ungkapan.
Saya hanya percaya : "Tuhan akan memberikan jalan bagi orang yang berdo'a, berusaha, dan bersabar".

Kadangkala peluang datang tanpa disengaja, atau mungkin juga sanya hanya mengada-ada peluang untuk memulai usaha.

Suatu waktu anak saya (kelas 1 SD) tidak mau Sekolah, karena setiap hari rabu dia harus pake baju muslim (koko) . Alasannya kalo pake baju muslim (koko) dia kepanasan, gerah mungkin karena dia masih suka lari-lari pada waktu istirahat atau (mungkin karena bajunya dari bahan murah?), dia hanya ingin pakai baju kaos.
Saya membujuknya dengan menjanjikan anak saya akan dibuatkan baju muslim (koko) dengan berbahan kaos, asalkan dia mau sekolah pada waktu itu.

Berawal dari situasi tersebut, saya mencoba membuat baju (koko) muslim dengan bahan kaos. Saya ingin berbagi kepada para pembaca blog atau siapapun yang berminat dengan menawarkan hasil kreatifitas tersebut (baju koko kaos) .

Sekarang, tibalah saatnya bagi saya untuk dagang. he-he-heh ......... !

Bismillahirohmanirohim.
Para Pembaca Blog yang budiman, yang baik hati, .... yang mau membeli produk ini...., saya tawarkan baju muslim (koko) berbahan kaos.





Bahan : Cotton 100 %
Warna : Hitam, Coklat.
Gambar : Sablon
Harga : Rp. 75.000.
Ukuran : M, L.


















Minggu, 22 Februari 2009

Wiwitan (Awal .... Cerita)

Bismillah, sebagai pembuka cerita semoga menjadi tiang perilaku menuju kerahayuan dalam mengejar kebahagian yang hakiki.
Alhamdulillah, sebagai penolak riya yang ada dalam hati, pelindung sifat sombong yang ada dalam qolbu, pengusir sifat dengki yang mendaki dalam hati, supaya nampak dalam amal yang nyata, perilaku yang baik yang sejalan dengan aturan Alloh berdasarkan sunnah Rasulullah SAW.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW dan para keluarganya, sahabatnya beserta para pengikutnya sampai akhir jaman.
Puja dan puji saya panjatkan kehadirat Yang Maha Kuasa,
Segala saran dan kritik, ispirasi, motivasi dan lainnya yang dapat mendorong ke arah kemajuan hidup, saya harapkan kepada para pembaca blog ini. Wassalam...


Ketika posisi kita diatas, pikiran lagi tenang, kadang setiap langkah jadi jalan, ngobrol dikit jadi uang, bahkan mampu memotivasi orang untuk dapat peluang.
Sebaliknya......., ketika kita terjepit, pikiran jadi sempit, ekonomi jadi sulit, ah... susah sekali dapat duit, hingga rencana yang matang hanya wacana, doa dan dzikirpun tak pernah ada yang nyata.
"Ya Alloh, berilah kami kemudahan dalam mencari rejeki-Mu, jauhkanlah kami dari prasangka buruk terhadap-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk-Mu yang lurus dalam urusan kami ini".
Setiap mendapat kesempitan pasti akan ada kesempatan.
salah sangka, salah kaprah........ .
Karena saya terus menunggu kesempatan tersebut, padahal kesempatan bukan untuk ditunggu tapi akan datang setelah mencari solusi (+ kreatifitas berfikir dalam mencari jalan) untuk menentukan langkah perjuangan.
Ketika kita membutuhkan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan sementara pekerjaan yang ditunggu tak kunjung datang, kita harus kreatif mencari (alternatif) ide. Salah satunya dengan menciptakan lapangan pekerjaan (wirausaha).
Justru sekarang yang jadi masalah, seperti apa peluang tersebut, bagaimana mendapatkannya, caranya supaya dapat peluang ?
sampai disini masih tetap pusing ah... !!!